Monday, March 01, 2010

Memaknai Kalimat di Monitor

Tulisan bagus mbak Rose FN di milis FAHIMA

Pada masa kini, internet sudah dikenal luas dalam masyarakat kita.Artinya, sudah banyak sekali yang menggunakan fasilitas bermacam pertemanan di dunia maya. Ber-FB-an, Twitter-an, MP-an, ber-H5,ber-Wordmaster- an. Dan mungkin sudah berjuta milis lebih, yang ada diAsia, bisa kita ikuti. Bila kita mau, gampang deh masuk ke ajang pertemanan, sharing, dan sebagainya.
Tanpa kopi darat pun,kita bisa juga berteman akrab.
Kata per kata yang kita untai menjadi sebuah kalimat, tanpa diduga menghasilkan makna yang amat menakjubkan.
Karena bisa beragam makna yang dapat ditangkap oleh pembacanya. Bayangkan, bila kalimat andai, yang tak diberi tanda petikan, akan menjadi salah arti, bahkan dapat melenceng jauh dari maksud penulis.
Apalagi bila ajakan tobat tidak diberi prakata menghibur, kadang tak membuat simpatik kepada penerimanya.

Bila 'sindiran keras' yang diberi cuplikan genit si ikon damai, bisa membuat gengsi penerimanya, tidak rontok di mata publik.

Seseorang yang dikritisi itu bisa mengangguk, tanda malu sendiri atas khilafnya.Syukur-syukur ia langsung gelar sajadah 'tuk bersungkur tobat. InsyaAllah tak menjadikan 'prahara' baru di layar monitor milis tersayang.
Nah, pesan yang tertangkap oleh pembaca itu tergantung juga kepada situasi dan kondisi si pembaca.
Misalkan ketika pembaca sedang dirundung musibah, badan yang kurang sehat, atau emosi labil ketika si tamu datang bulan, hadir bagi wanita.

Hal-hal tersebut terkadang bisa mengacaukan akal sehat. Jadi mudah tersinggung, kadang emosi tak terkendali.

Kemudian: latar belakang seseorang yang berbeda bisa berpengaruh juga.Apakah ia datang dari kalangan -anggap- santri, pensiunan okem atau pun dari 'rakyat jelata' ^^.

Dan konon, sifat bawaan masing-masing sejak nongol ke dunia juga ada perannya. Ada yang bersifat santai aje, bodo amat! Ada pula yang bermoto silence is golden and never vote :D
Sementara yang lain, begitu tawadhu menganalisa, hati-hati sekali atau ada yang ekstrovert. (Ingat golongan darah postingan Tita :))

Kemudian satu faktor yang bisa juga mempengaruhi daya tangkap adalah:faktor usia. Misalkan saja bagi yang lebih tua; merasa telah banyak makan asam garam, kok digurui? Atau yang lebih muda merasa lebih modern,pintar merangkai kata pedas, untuk teman-teman tuanya yang dianggap katrok.

Ihiks, nyesek banget,

contohnya ekstrim bo'!Nah, beberapa alasan atau faktor tadi, menjadi semacam ukuran bagaimana kalimat bisa ditangkap dan bagaimana pembaca memahami kalimat yang dituang oleh sang penulis dibalik layar monitor. Sehingga lahirlah makna yang beragam di benak pembaca yang berambut sama tapi lain isi kepala tadi.

So, kenapa saya menulis ini?

Begini; berkali sudah terbaca email amarah di beberapa milis yang saya ikuti, baik versi Indonesia, maupun versi londo inggris. Sementara untuk sebagian miliser lain, sama sekali tak merasa bahwa tulisan itu'menggigitnya' . Komunitas umum akan terbengong-bengong bila ada yang'ngamuk' karena ulah sebuah tulisan 'kaku'.

Kenapa itu bisa terjadi? Ya, seperti yang saya tulis sebagian faktor perkiraan pandangan mata, diatas tadi.Sedikit berbagi, pernah suatu ketika saya terhenyak pada sebuah baris pendek yang terlayang dalam sebuah milis, yang kebetulan saat itu barus ayalah yang memposting sebuah cerita ringan. Akan tetapi, sebaris kalimat dari teman di dunia maya ini, telah membuat saya tersinggung.Glek, kesal, tengsin. Dan sesuai umur uzur saya, maka sayamembalas dengan jurus 'ja-im' dulu ^^.

Untungnya rasa kesal itu bisa mereda, ketika saya berkaca di cermin bening. Bukan di pantat botol, karna bisa manyun pantulannya. Alias intropeksi diri bertanya dalam hati: "Pernahkah saya menyakiti tanpa sengaja, atau lalai dalam menulis?

Ihik, pernah kali..."__._,_.___