I am a Super MOM.....:D
Tadi sore sewaktu jemput Shafiya di rumah Yang Ti nya, Bunda di bilangin ama Yang Ti kalau seragam (warna putih-putih!) nya Syaffa ketumpahan ama saos tomat del Monte yang Bunda taruh di lunch boxnya.
Jadi, tadi pas Bapak jemput Syaffa di sekolah, bajunya Syaffa udah diganti ama baju cadangan yang dititipkan di sekolah. Rupa2nya pas waktu makan bersama, saos tomatnya kena di baju Syaffa.
Wah...apalagi seragamnya tuh warnanya putih..harus cepet-cepet dicuci nih !
Begitu sampai di rumah, langsung deh baju seragamnya cepat dicuci. Oya, keluarga kami memang nggak pakai pembantu alias maid. Bukannya apa! Trauma ! Malas makan hati...:(
Dulu..pas kami pulang dari Brisbane dan Bunda awal-awal sekolah lagi, sempat juga pakai maid. Tapi..begitu ada kejadian ini, kami langsung TRAUMA dan MALES..
So..kerjaan rumahan di kerjakan oleh kami berdua..(bunda dan bapak) :D Hahaha...Alhamdulillah, suamiku memang orang yang baik budi dan tidak sombong :p
OK ! Back to the story!
Jadi Bunda langsung rendam tuh baju di bak cuci (secara terpisah, mengingat baju itu kan warnanya putih! Takut malah kelunturan!) dan memberi sabun cuci, mengucek sedikit bagian yang bernoda merah....
Suddenly..Shafiya datang ke arah Bunda dan bertanya.."Bunda ngapain?"
Terus Bunda jawab.."Lagi cuci ini nih, pakaian seragam kamu yang kena saos tomat tadi"
Shafiya : "Maafkan aku ya Bunda..?!"
Bunda : "Nggak apa-apa Nak....lain kali kalau makan yang rapi..hati-hati"
Terus Shafiya tanya lagi.."Hm...Bunda ini pembantu ya? Kok cuci-cuci?"
Bunda *gubraks!!! tapi still yakin mode on!* "Nggak Nak..Bunda ini SUPER MOM!"
Hehehhehe....yang protes silakan..:D
I love everything that I have especially my family. They mean so much to me. They are my strength, my life and my everything. If I had to choose, I will always choose them as my family. I’m so grateful that I have them in my life.
Monday, February 27, 2006
Thursday, February 23, 2006
SHAFIYA OH SHAFIYA 4
Di mobil, dalam perjalanan menuju Taman Azhar Aurellia-Surabaya
Shafiya: "Bun, aku nanti habis ini sekolah apa?"
Bunda: "Ya..naik ke TK nak.."
Shafiya: "Habis TK terus SD ya Bun? Lalu SMP?"
Bunda: "Betul nak...wah...anak Bunda pintar ya?!"
Shafiya: "Habis SMP lalu SMA ya Bun?"
Bunda: "iya Nak...lalu kuliah di perguruan tinggi Insha Allah"
Shafiya: "Hm...abis kuliah?"
Bunda: "ya..Insha Allah Syaffa akan menikah dan bekerja dan mempunyai anak.."
Shafiya: "Kalau Syaffa punya anak, namanya Shafiya"
Bunda: "Lho...kok sama dengan namanya Syaffa?"
Shafiya: "Nggak...nanti kalau udah jadi ibu, namaku ganti jadi Bunda Rosa dan anakku namanya Shafiya"
Bunda: *gubraks*
Heheheh..Nak...alhamdulillah..kau berpikir secara merdeka ya :)
Semoga Allah mengaruniakan kepadamu kepandaian yang membuatmu mampu menegakkan kalimat "Laa Illaha illallah" di muka bumi ini.
Amin
Di mobil, dalam perjalanan menuju Taman Azhar Aurellia-Surabaya
Shafiya: "Bun, aku nanti habis ini sekolah apa?"
Bunda: "Ya..naik ke TK nak.."
Shafiya: "Habis TK terus SD ya Bun? Lalu SMP?"
Bunda: "Betul nak...wah...anak Bunda pintar ya?!"
Shafiya: "Habis SMP lalu SMA ya Bun?"
Bunda: "iya Nak...lalu kuliah di perguruan tinggi Insha Allah"
Shafiya: "Hm...abis kuliah?"
Bunda: "ya..Insha Allah Syaffa akan menikah dan bekerja dan mempunyai anak.."
Shafiya: "Kalau Syaffa punya anak, namanya Shafiya"
Bunda: "Lho...kok sama dengan namanya Syaffa?"
Shafiya: "Nggak...nanti kalau udah jadi ibu, namaku ganti jadi Bunda Rosa dan anakku namanya Shafiya"
Bunda: *gubraks*
Heheheh..Nak...alhamdulillah..kau berpikir secara merdeka ya :)
Semoga Allah mengaruniakan kepadamu kepandaian yang membuatmu mampu menegakkan kalimat "Laa Illaha illallah" di muka bumi ini.
Amin
Thursday, February 16, 2006
Antri doooong !
Tempat: Di cashier Giant hypermarket-
Rabu malam itu, kami bertiga pergi ke Giant Hypermarket di jalan Ahmad Yani. Suasana ramai sekali. Wah nggak nyangka juga, karena kan itu bukan malam weekend tapi teuteup aja ramainyaaa..
Nah..pas kami kelar belanja, antri dong di salah satu cashiernya. Pas lagi serius antri..(kebetulan next turn adalah belanjaan saya), eh ada seorang ibu-ibu separuh baya, membawa dua plastik (@ 2kilo) jeruk sunkist datang tergopoh-gopoh ke tempat saya berdiri, dan segera menaruh dua plastik tersebut ke meja cashier (padahal orang sebelum saya masih belum selesai membayar belanjaannya !).
Wah...wah...nggak bisa nih...*sambil sinsing lengan baju*. Nah kitanya antri dari tadi, dia enak aja nyelonong. Nggak...nggak bisa..Ibu ini mesti diberi tahu aturan mainnya :)
Langsung aja deh..
Bunda: " Ehm...Ibu, ibu kan lihat disini orang-orang semua pada antri dan saya sejak tadi berdiri disini. Tolong ibu antri di belakang."
Ibu itu: "Alah mbak...wong belanjaan saya cuma jeruk ini kok"
Bunda: "Tolong belanjaan ibu yang di meja cashier itu dibawa kembali dan ibu ANTRI DI BELAKANG *nada suara mulai tinggi* "
Ibu itu: "Sampeyan jangan kaku-kaku mbak! Saya kan cuma belanja sedikit"
Bunda: "Belanja sedikit atau banyak, itu urusan Ibu. Yang penting sekarang, ibu segera antri di belakang. Maaf, sekarang giliran saya membayar!"
Ibu itu: *bersungut-sungut dan pindah cashier*
Duh..kalau persoalan antri aja sudah sukar sekali untuk ditaati, apalagi soal yang membutuhkan kedisiplinan yang lebih tinggi :( Disiplin dalam beribadah, misalnya.
Friday, February 10, 2006
Alhamdulillah....
Alhamdulillah...ternyata kekhawatiran Bunda sama sekali nggak beralasan. Shafiya fine-fine aja waktu diminta sekolah sendiri (tanpa ditunggu oleh Yang Ti nya) dan hanya diantar dan dijemput oleh Bunda/ Bapak. Sebelumnya pada saat dongeng sebelum tidur, Bunda cerita ke Shafiya tentang anak sholihah yang bisa berangkat ke sekolah sendiri. Wah..rupanya cerita ini membekas ke pikiran Shafiya dan paginya dia dah bersemangat bangun karena pingin jadi seperti "YUNITA" (tokoh anak shalihah rekaan Bunda di dongeng semalam).
Bahkan kemarin...waktu Bunda pingin (duuh...Bunda!) mengantarkan Shafiya sampai exactly di depan kelasnya (kelasnya ada di lantai dua)karena kami mengantar dia terlalu pagi (30 menit sebelum jam masuk), eh...Shafiya-nya malah nggak mau !
Dia bilang.."Bunda antar sampai disini aja! nggak usah ke atas! Aku bisa kok naik tangga sendiri. Bu Nurul dan Bu Ari pasti sudah ada di kelas."
Wah...iya deh Nak !
Alhamdulillah...now I just realized how protective we are when we’re dealing with our ‘baby’..:)
But.. I thank God for give me the chance to have the great feelings about being a mother..
Alhamdulillah...all ends well. Thank You Allah !
Alhamdulillah...ternyata kekhawatiran Bunda sama sekali nggak beralasan. Shafiya fine-fine aja waktu diminta sekolah sendiri (tanpa ditunggu oleh Yang Ti nya) dan hanya diantar dan dijemput oleh Bunda/ Bapak. Sebelumnya pada saat dongeng sebelum tidur, Bunda cerita ke Shafiya tentang anak sholihah yang bisa berangkat ke sekolah sendiri. Wah..rupanya cerita ini membekas ke pikiran Shafiya dan paginya dia dah bersemangat bangun karena pingin jadi seperti "YUNITA" (tokoh anak shalihah rekaan Bunda di dongeng semalam).
Bahkan kemarin...waktu Bunda pingin (duuh...Bunda!) mengantarkan Shafiya sampai exactly di depan kelasnya (kelasnya ada di lantai dua)karena kami mengantar dia terlalu pagi (30 menit sebelum jam masuk), eh...Shafiya-nya malah nggak mau !
Dia bilang.."Bunda antar sampai disini aja! nggak usah ke atas! Aku bisa kok naik tangga sendiri. Bu Nurul dan Bu Ari pasti sudah ada di kelas."
Wah...iya deh Nak !
Alhamdulillah...now I just realized how protective we are when we’re dealing with our ‘baby’..:)
But.. I thank God for give me the chance to have the great feelings about being a mother..
Alhamdulillah...all ends well. Thank You Allah !
Tuesday, February 07, 2006
Biasanya Syaffa ke sekolah selalu diantar oleh Yang-Ti. Tapi mengingat bulan Juli nanti Syaffa akan pindah sekolah yang tidak memperbolehkan para pengantar menunggu di sekolah. Maka, mulai hari ini...Syaffa akan pergi sekolah sendiri.
Berangkat jam 07.20 diantar Bapak, dan pulang jam 10.00 dijemput Bapak.
Bunda??? Isk...sudah tentu sejak jam 06.30 dah harus pergi ke Rumah Sakit...:(
Syaffanya sih sampai detik ini..fine-fine aja. Tapi...percaya atau tidak???!!! Mak-nya lah yang STRESSSSS banget!!
Gimana ya...setengah gak tega gitu loh!!
Duhhh...doakan Syaffa gak rewel pas disekolah dan Syaffa cepet berani yaa...
Nanti diupdate deh gimana perkembangan Syaffa di sekolah setelah nggak lagi diantar ama Yang-Ti nya..
Sunday, February 05, 2006
Psssstt....
Psst....tulisan Bunda ada di era muslim loh..:)
*Hihihih..norak ya!! sampai pengumuman di blog segala...maklum aja baru belajar jadi penulis....*
Psst....tulisan Bunda ada di era muslim loh..:)
*Hihihih..norak ya!! sampai pengumuman di blog segala...maklum aja baru belajar jadi penulis....*
Friday, February 03, 2006
Thursday, February 02, 2006
Kupu-kupu...(butterfly)
Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Dia duduk dan mengamati selama beberapa jam kupu-kupu dalam kepompong itu ketika dia berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian sang kupu-kupu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, serta sayap-sayap yang mengerut. Orang tersebut terus mengamatinya, karena dia berharap bahwa pada suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya. Sayang, semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil tersebut adalah cara Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya. Sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Kadang, perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin malah melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.
Saya memohon kekuatan, dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.
Saya memohon kebijakan, dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.
Saya memohon kemakmuran, dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.
Saya memohon keteguhan hati, dan Tuhan memberi saya bahaya untuk diatasi.
Saya memohon cinta, dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Saya memohon kemurahan/kebaikan hati, dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.
Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, tapi saya mendapatkan segala yang saya perlukan.
(diambil dari majalah ‘Paras' No.20/Tahun II Mei 2005)
Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Dia duduk dan mengamati selama beberapa jam kupu-kupu dalam kepompong itu ketika dia berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian sang kupu-kupu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, serta sayap-sayap yang mengerut. Orang tersebut terus mengamatinya, karena dia berharap bahwa pada suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya. Sayang, semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil tersebut adalah cara Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya. Sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Kadang, perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin malah melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.
Saya memohon kekuatan, dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.
Saya memohon kebijakan, dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.
Saya memohon kemakmuran, dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.
Saya memohon keteguhan hati, dan Tuhan memberi saya bahaya untuk diatasi.
Saya memohon cinta, dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Saya memohon kemurahan/kebaikan hati, dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.
Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, tapi saya mendapatkan segala yang saya perlukan.
(diambil dari majalah ‘Paras' No.20/Tahun II Mei 2005)
Subscribe to:
Posts (Atom)