Sunday, January 23, 2005

Renungan

Seringkali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan. Bahwa mobilku hanya titipan-Nya, bahwa rumahku hanya titipan-Nya, bahwa hartaku hanya titipan-Nya.
Bahkan putraku hanya titipan-Nya.

Tetapi, mengapa aku gak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku??
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku??
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya ini??

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku??
Mengapa hatiku justru merasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya??

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah, kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdo'a, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku.
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, banyak popularitas.

Kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua "Derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika; aku rajin beribadah, maka sebanyaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.

Kuminta Dia membalas "Perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku.


Duh..Gusti padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.....

"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja".
{ WS Rendra }

3 comments:

Anonymous said...

duh memang sulit nian ya bu untuk selalu ikhlash...semoga kita termasuk hambaNya yang selalu berusaha melakukannya ya bu...amin.

btw. bicara ttg sholat ied bu rosalina, saya pernah di posisi bu rosalina dimana berlebaran berbeda dengan orang banyak, resikonya ya saya harus mencari tempat di mana sholat ied dilakukan di hari itu. dan bila tidak menemukan, dg menyesal saya ndak melakukannya di hari tsb.

saya pribadi berkeyakinan, bahwa sholat ied yang berkategori ibadah hanya dapat dilakukan pada tanggal 10 dzulhijjah. bila saya merayakannya terlebih dahulu dan melakukan sholat ied di hari berikutnya (dimana menurut keyakinan saya sudah bertgl 11 dzulhijjah), saya takut itu menjadi bentukan bid'ah, karena memang tak ada sholat iedhul adha yang dilakukan pada tanggal 11 Dzulhijjah. Karenanya lebih baik saya tak melakukannya (karena hkmnya hanya sunnah so wie so), daripada saya lakukan keesokan harinya tapi malah menjadi ibadah yang ndak ada contohnya . Demikian bu yang akan saya lakukan bila saya ada di posisi ibu kemarin :). salam manis buat keluarga ya.

*)Iin

OP Zaharin said...

kita diberi kesenangan sebagai ujian. kita juga diberi kesusahan sebagai ujian. hidup kita setiap saat juga adalah satu ujian.

moga markah kita mencukupi untuk hari penentuan/hisab nanti...

niezagraha said...

Terima kasih ya renungannya... Kita memang kecil dan tidak ada apa-apanya....Allah maha besar...