Wednesday, October 12, 2005

WAHAI PEMIMPIN KU...SUNGGUH KAU SANGAT BERANI..

Pagi itu di klinik mata tempat aku kerja, kulihat ada balita usia kurang dari 2 tahun dengan dugaan RETINOBLASTOMA alias cancer bola mata di mata kanannya. Bocah itu sangat kurus..sel-sel cancer memakan habis tubuhnya.

Ketika tiba giliran aku untuk memeriksanya, aku bertanya pada orang tuanya "Pak, apa betul putranya usianya hampir 2 tahun? Kok kurus sekali berat badannya hanya 8 kilograms?"

Lalu orang tuanya menjawab " iya Dok..memang kata dokter di PUSKESMAS anak saya ini kurang gizi. Lha saya cuman tukang sampah Dok, gajinya 100 sampai 150 ribu perbulan. Mau makan bergizi bagaimana? Wong duitnya nggak ada. Tetangga-tetangga ya sama saja keadaannya dengan keluarga kami Bu...Susah!"

Aku tertegun dan sayu..terharu..melihat sosok tubuh kurus yang menahan nyeri akibat cancer itu tak lagi mampu tegak berdiri.

Dalam diamku aku teringat..baru aja beberapa hari yang lalu, aku baca di koran, ada lelaki tertangkap polisi karena dituduh mencuri.

Laki-laki itu nelayan yang penghasilannya tak tetap, sedangkan isteri laki-laki itu akan melahirkan dalam waktu dekat, yang kata dokter harus melalui jalan operasi.
Dalam kekalutannya, lelaki itu gelap mata dan mencuri. Tetangganya melihat dia mencuri dan melaporkannya kepada yang berwajib.
Lelaki itu kini mendekam di penjara, sambil menyesalkan apa yang telah dia buat..

Kefakiran mendekatkan orang pada kekafiran. Aku yakin itu.

Korupsi, suap, anak jalanan, pencurian, perampokan, busung lapar, kurang gizi, aborsi kriminalis sekarang marak di negeri kita. Dan d
i dalam hati aku menjerit "Ya Allah..siapa yang bisa mengatasi semua ini??"

Di ruang kerjaku di Rumah sakit itu terpampang wajah pemimpin-pemimpin kita.
Segar.Tersenyum.

Aku bergidik. Sejak jaman dahulu, problem sosial pastilah selalu ada. Akan tetapi sikap pemimpinnya jauh berbeda.
Tatkala Umar Bin Khatab menjumpai ada Ibu yang berusaha merebus batu untuk mengelabui anaknya yang kelaparan, beliau bergegas pulang dan memanggul sendiri satu karung gandum untuk dihibahkannya kepada sang Ibu.
Sampai-sampai tatkala ajudan beliau menawarkan untuk membantu mengangkat karung gandum itu, beliau menolaknya sambil berkata "Apakah kau bermaksud untuk memikul dosaku kelak? Dihadapan Allah nanti?"

Sesampai di rumah Ibu itu, Umar memasak sendiri gandum itu dan menunggui anak kelaparan itu bangun dari tidurnya untuk memastikan mereka makan bubur gandum buatannya. Sementara itu, Umar, yang telah mendapatkan kepastian dari Allah untuk menjadi penghuni syurga, berulang kali memohon ampun pada Allah dan beristighfar atas kelalaiannya, atas terabaikannya seorang rakyatnya dimasa pemerintahannya.

Umar takut. Sangat takut bila kedudukannya sebagai pemimpin hanya akan mengantarkannya ke neraka karena dosanya membiarkan rakyat teraniaya.

Mataku tertegun lagi pada gambar wajah pemimpin-pemimpin kita di ruang kerjaku dan aku berkata dalam hati. Sungguh mereka sangat berani. BERANI.

Sementara Umar saja begitu takutnya...







No comments: