SEBEL !!!!!
Aku nggak tahu mau mulai darimana, tapi aku rasa aku harus menuliskan ini. Aku mau memuntahkan rasa amarahku..
Dimulai dari hari Sabtu malam yang lalu, aku sedang tugas jaga di Gawat Darurat dan ada pasien yang kornea matanya robek dan harus dilakukan penjahitan. Pada saat itu alat slit lamp biomikroskopinya rusak, dan mikroskop operasi di IRD juga rusak karena fokusnya naik-turun.
Aku sudah berusaha semaksimal mungkin berbuat yang terbaik untuk pasien itu. Aku jahit kornea matanya dengan berhati-hati. Memang pada akhirnya kuputuskan untuk tidak menanam simpul jahitan di kornea matanya. Tapi aku punya alasan untuk itu!! Aku takut jahitan yang telah kubuat lepas lagi karena kondisi korneanya yang telah rapuh. Aku putuskan untuk menanam simpul jahitan itu beberapa hari kemudian bila memang kondisi korneanya telah memungkinkan.
Tapi apa jadinya kalau pagi tadi, Boss mengangkat kasusku itu seolah-olah aku berbuat kesalahan yang sangat FATAL! Dia memperbincangkan kasus itu di hadapan semua orang padahal dia bahkan tidak melihat pasiennya ! Seolah-olah aku berbuat sesuatu yang FATAL untuk pasien itu. Padahal aposisi luka jahitan luka yang kukerjakan cukup baik dan memang simpul jahitan TIDAK aku tanam. Tapi..aku punya alasan untuk itu!
Bahkan dengan lantangnya dia (yang sebenarnya datang terlambat pada morning report dan tidak mengerti benar kejadian yang sebenarnya) berkata " Bagaimana saya bisa memberikan brevet pada orang yang bahkan tidak tahu cara menanam simpul jahitan pada kornea!! "
Aku marah! Aku ingin berkata "Hey..aku bukan tidak tahu cara menanam simpul pada kornea! Aku MEMANG memutuskan TIDAK menanam simpul pada kornea itu, supaya jahitan pada kornea yang memang telah rapuh itu tidak terlepas lagi!!!!"
Tapi yang ada aku malah terdiam. Dengan mata yang mulai berkaca-kaca...
Aku pergi ke kamar mandi dan air mata aku tidak dapat dibendung lagi. Aku menangis!! Aku benci dia. Aku benci tempat ini. Aku pergi klinik dan asistensi dr senior retinaku untuk pemeriksaan Goldmann Three Mirror. Mata aku berkaca-kaca dengan air mata. Aku terpaksa tahan supaya aku tak malukan diri aku di situ. Aku cukup tidak bersemangat waktu itu. Aku bisa saja tinggalkan klinik kalau aku mahu. Biar dia tahu apa maksud dari kata-kata tidak bertanggungjawab! yang dia lontarkan padaku didepan seluruh dokter lainnya.
Aku rasa aku tidak mengharapkan balasan apa-apa daripada siapapun. Aku cuma mau job satisfaction, sesuatu yang aku tidak pernah dan tidak akan dapat di sini. Kenapa tuduh aku tidak bertanggungjawab? Aku juga manusia biasa. Kalau aku ambil keputusan untuk tidak menanam dulu simpul jahitan itu, karena saat itu hanya aku yang mengerti keadaan klinis pasien itu. Apa itu bisa dibilang tidak bertanggungjawab?
Kenapa orang tidak bisa mengerti bahwa sebenarnya aku benci tempat ini tapi karena rasa tanggungjawablah aku masih di sini? Sungguh ironic. Sekarang aku rasa lebih tidak bersemangat lagi. Apa pun yang aku buat, apa pun pengorbanan aku untuk orang tidak hargai.
Aku rasa sangat-sangat demoralised. Aku rasa sangat bodoh, kerja meninggalkan anak yang seharusnya waktuku murni miliknya, kerja hingga mengabaikan waktu bersama suami. Aku sudah membuang waktu 3 tahun lebih mengabdikan diri kepada tempat ini tapi untuk apa?
Balasan daripada Allah sajalah yang aku harapkan sekarang tapi itu pun tidak pasti. Aku sendiri tidak yakin dengan keikhlasan aku. Aku tidak mau apa-apa, tapi tolong hargai pemikiranku. Aku cuma mau menangis, melepaskan rasa self-pity aku. Aahh… aku mau cepat-cepat keluar dari tempat ini.
Aku ini manusia. Aku ada perasaan juga, tahu rasa malu, rasa marah, dan rasa sedih.
Tapi aku paham..ini semua adalah luka kehidupan.. yang mengajak kita menyelam ke masa silam. Menemukan hikmah di balik kehidupan. Dan untuk mengingat masa yang akan datang.
Bak kata abhi
Sudahkah sebuah luka membawa kita pada duka atas apa yang kita lupa?
Sudahlah. Aku kecewa dan mau ambil cuti yang sangat-sangat panjang.
No comments:
Post a Comment