PELAJARAN BERHARGA DARI BUAH HATI TERCINTA
Dapat lemparan dari Netta nih...tentang pengalaman menarik bersama anak tercintah :)
Terus Bunda ingat deh ama entry 1,5 tahun yang lalu (Oktober 2004) dimana saat itu usia Shafiya menjelang 3 tahun.
So...Bunda repost lagi disini yaa :) Mungkin ada yang belum membacanya..
Sore itu sepulang dari Rumah sakit aku letih sekali. Malam sebelumnya aku hrs on duty (jaga) di rumah sakit tempat ku menempuh pendidikan spesialisasi itu.
Biasanya, sepulangku dari kerja selalu bermain dengan anakku Shafiya, namun sore itu (setelah bekerja straight 36 jam non stop) aku begitu lelah sehingga disaat aku menemaninya mewarnai, aku sempat tertidur sekejap.
Aku terbangun dan mendapati Shafiya sudah tidak ada disisiku. Ketika kucari ternyata, dia ada di kamar mandi (kamar mandi kami ada di dalam kamar tidur).
Begitu melihatnya. Aku tercengang. Air di wastafel mengalir deras, dan membasahi bajunya. Sabun cuci botol susunya habis tertumpah dan 3 buah botol susunya bergelimpangan kemana-mana. Air di bak mandi yang baru aku kuras kemarin pun kotor penuh sabun.
Sekilas..akal sehatku berkata, apa yang ada di pikiran anakku sehingga dia berbuat seperti ini?
Namun akal sehat itu ternyata kalah dengan emosi yg memuncak karena keletihan dan kemarahan yang luar biasa. Sore itu, aku menghukum anakku dengan cubitan hingga ia menangis.
Setelah itu..aku didera perasaan bersalah, pikiran jernihku melintas lagi. Apa yang telah kuperbuat ini..? Aku menyesal telah menghukumnya demikian rupa. Perlahan-lahan dia kudekati dan kutanyakan dengan lembut, "Syaffa..kenapa main air sampai bajunya basah?"
Lalu dia menjawab "Kan aku mau minum susu di botol Bunda, tapi botolnya masih kotor, lalu aku cuci botolnya..pakai sabun cuci cair seperti yang Bunda sering pakai. Bunda tidur, jadi aku cuci sendiri botolnya".
Aku sayu dan terharu mendengar jawabannya. Rupanya aku menggunakan sudut pandang yang salah.
Yang kupikirkan ialah, Bunda capek Nak, kenapa kamu main air dan mengotori kamar mandi seperti itu. Aduh..baju kamu basah kuyup gitu, kalau demam bagaimana??
Padahal di pikiran anakku tentunya tidak seperti itu. Dia dalam proses belajar tentang kebersihan, ukuran, berbagai bentuk-bentuk sabun dan apa saja dalam kehidupan ini.
Terlalu cepat aku memvonis hanya dengan melihat baju basahnya dan kamar mandi yang berantakan.
Menyadari hal itu, aku segera memeluk anakku dan memohon maaf. Aku sangat menyesal dengan bentakan dan cubitan yang aku lakukan, hingga ia menangis ketakutan.
Astagfirullah...... aku ternyata sudah terjebak pada orientasi pada hasil, kalau saja aku berorientasi pada proses, sudah tentu terjadi dialog antara aku dan anakku sebelum aku melayangkan hukuman terhadapnya.
"Bunda minta maaf Nak, bunda marah-marah. Kalau Shafiya nanti mau Bantu Bunda cuci botol, boleh, tapi...sabunnya nggak banyak-banyak begitu dan jangan sampai mengotori bak mandi." demikian terjadi dialog antara kami, tentang air, tentang sabun cuci dan pentingnya menjaga kebersihan.
Sunggguh, ternyata banyak proses belajar yang harus dihargai tanpa mengabaikan hasil dari proses belajar tersebut.
No comments:
Post a Comment